Halaman Aktif

Selamat Datang

Belajar Budaya Lahan Kering Kepulauan dan Pariwisata merupakan blog baru untuk mendukung pembelajaran blended learning mata kuliah Budaya Lahan Kering Kepulauan dan Pariwisata yang merupakan mata kuliah universitas bagi mahasiswa Undana. Materi kuliah dalam blog ini disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa prodi Agroteknologi Faperta Undana dalam menykapi permasalahan budaya lahan kering kepulauan dan pariwisiata. Blog ini dibuat hanya untuk kepentingan menyajikan materi kuliah bagi mahasisiwa, bukan untuk memberikan ulasan mendalam mengenai budaya lahan kering kepulauan dan pariwisata. Mohon berkenan menyampaikan komentar dengan mengklik tautan Post a Comment di bawah setiap tulisan.

Kamis, 14 Maret 2024

6. Potensi, Permasalahan, dan Solusi Lahan Kering Kepulauan: Aspek Sosial-Ekonomi, Sosial-Politik, dan Sosial Budaya

Pada materi kuliah 5 sudah diuraikan potensi, pemasalahan, dan solusi lahan kering kepulauan dari aspek fisik-kimiawi dan hayati. Misalnya lahan kering kepulauan mempunyai potensi untuk membudidayakan tanaman dan ternak yang beradaptasi dengan lahan tanah kering dan pemanfaatan perikanan pantai oleh masyarakat pesisir. Namun memanfaatkan potensi tersebut, masyarakat lahan kering kepulauan menghadapi permasalahan. Solusi budaya yang dilakukan oleh masyarakat antara lain adalah membudidayakan berbagai jenis tanaman dalam satu bidang lahan dan memelihara berbagai jenis ternak sehingga jika salah satu di antaranya mengalami kegagalan maka masih ada tanaman yang dapat dipanen atau ternak yang dapat dimanfaatkan. Masyarakat peternak dan masyarakat nelayan pesisir juga melakukan adaptasi budaya yang serupa. Namun apakah solusi yang dilakukan memperbaiki keadaan? Pada materi ini kita akan mendiskusikan potensi, permasalahan dan solusi dari aspek sosial-ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya.

6.1. MATERI KULIAH

6.1.1. Membaca Materi Kuliah Ringkas
Lahan kering kepulauan merupakan selain dicirikan oleh aspek fisik-kimia dan hayati, juga dicirikan oleh aspek sosial-ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya. Musim hujan yang tidak menentu dan kekeringan berkepanjangan merupakan ciri fisik-kimia dan vegetasi padang rumput dan savana merupakan ciri hayati. Ciri fisik-kimia dan ciri hayati tersebut diinterpretasikan oleh masyarakat ke dalam ciri sosial-ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya. Interpretasi ini dapat memberikan peluang, tetapi sekaligus juga bisa menjadi kendalam dalam pengembangan potensi yang tersedia. Ciri curah hujabn yang tidak menentu dan kekeringan berkepanjangan misalnya, diinterpretasikan ke dalam aspek sosial-ekonomi dalam bentuk praktik perladangan tebas bakar dan peternakan lepas, ke dalam aspek sosial-politik dalam bentuk kepemimpinan adat, dan ke dalam aspek sosial-budaya sebagai adat yang mengikat kebersamaan. Namun interpretasi sosial-ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya ini kini menghadapi tantangan perubahan jaman.

Lahan kering kepulauan mempunyai poyensi sosial ekonomi yang besar, antara lain sistem kepemilikan bersama (common property) sebagaimana misalnya lahan adat yang dapat dimanfaatkan bersama. Juga potensi pemanfaatan padang rumput sebagai tempat pelepasan ternak bersama dan peraian pantai sebagai tempat penangkapan ikan dengan memanfaatkan proses pasang surut. Namun terlepas dari potensi yang dimiliki, masyarakat lahan kering juga menghadapi masalah kemiskinan dan kurang gizi yang tinggi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pemanfaatan lahan bersama, baik lahan untuk pertanian maupun peternakan dan perairan pantai untuk penangkapan ikan, dapat mengarah kepada tragedy bersama (tragedy of the commons). Hal ini karena tanpa disertai dengan tanggung jawab bersama untuk melakukan pengelolaan, setiap orang akan berusaha untuk memperoleh manfaat tanpa upaya untuk melakukan konservasi. Akibatnya lahan dan perairan pantai akan mengalami eksploitasi sehingga dalam jangka panjang akan mengalami degradasi.

Lahan kering mempunyai potensi sosial politik yang berbasis kepemimpinan adat. Dalam kepemimpinan adat, pemimpin adat ditentukan berdasarkan hubungan kekeluargaan dan bersifat turun temurun. Namun seiring dengan perubahan menjadi negara modern yang menganut sistem demokrasi, masyarakat lahan kering kepulauan juga harus berhadapan dengan kepemimpinan formal yang harus dipilih secara demokratis, mulai dari kepala desa, bupati/walikota, gubernur, dampai presiden. Masyarakat lahan kering juga harus memilih wakil-wakil mereka di DPR dan DPD, bahkan DPR secara bertingkat mulai dari DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, sampai DPR RI. Dalam sistem demokrasi yang berlaku sekarang, semua pemimpin formal tersebut dipilih secara langsung. Peralihan pola kepemimpinan ini menimbulkan permasalahan karena keterikatan yang kuat masyarakat lahan kering kepulauan dengan kepemimpinan adat yang bersifat hubungan kekeluargaan dan memberikan berkat langsung. Dalam memilih pemimpin formalnya, masuarakat lahan kering kepulauan tetap menggunakan kriteria sebagaimana memilih pemimpin adat, yaitu memilih calon berdasarkan hubungan kekeluargaan dan yang memberikan berkat langsung, bukan memilih calon berdasarkan rekam jejak kepemimpinan. Hasilnya adalah pemimpin formal yang transaksional dan nepostis, yang tidak mempunyai visi untuk memajukan masyarakatnya memasuki kehidupan modern.

Masyarakat lahan kering kepulauan terdiri atas berbagai kelompok etnik. Setiap kelompok etnik berusaha untuk mempertahankan eksistensinya dengan mengembangkan budaya masing-masing, baik dalam mengolah makanan, berpakaian, membangun rumah, dan menyelenggarakan upacara adat. Budaya etnik dikembangkan sebagai cara untuk mempertahankan ikatan saling membantu dalam mempertahankan eksistensi kelompok etnik. Namun seiring dengan perubahan menjadi masyarakat modern yang berbasis perekonomian dan kewarganegaaraan modern, upaya untuk mempertahankan budaya sebagai identitas kelompok etnik bisa menimbulkan permasalahan. Permasalahan ekonomi yang terjadi antara lain adalah penghidupan dengan biaya tinggi yang mendorong terjadinya eksploutasi sumberdaya alam. Penghidupan dengan biaya tinggi terjadi antara lain karena penyelenggaraan kegiatan adat bukannya disederhanakan, malahan ditingkatkan sehingga memerlukan biaya besar. Selain permasalahan ekonomi, keterikatan pada identitas etnik juga dapat menimbulkan permasalahan kepemimpinan yang transaksional dan nepotis.

Solusi terhadap permasalahan sosial ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya ini tidak semudah solusi terhadap permasalahan fisik-kimia dan hayati. Nahkan permasalahan sosial ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya dapat menyulitkan solusi terhadap permasalahan fisik-kimia dan hayati yang seharusnya dapat dilakukan melalui penerapan teknologi. Permasalahan  sosial ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya juga sering kali tidak pernah disadari, karena selalu dilihat aspek positifnya, tanpa pernah memperhatikan aspek negatifnya. Misalnya pemanfaatan lahan secara bersma dilihat hanya sebagai bentuk kemurahan hati seorang pemimpin adat terhadap masyarakatnya, padahal tanpa disertai dengan tanggung jawab pengelolaan secara bersama dapat menimbulkan degradasi. Salah satu solusi terhadap permasalahan  sosial ekonomi, sosial-politik, dan sosial-budaya adalah pendidikan. Namun pendidikan juga tidak akan dapat mengubah apa-apa jika yang mengikuti pendidikan tidak memacu diri untuk meu belajar. Pendidikan tidak cukup hanya untuk memperoleh ijasah dan gelar sebagai status keberhasilan, melainkan untuk melakukan perubahan terhadap diri sendiri dan masyarakat sekitar. Hanya saja, solusi yang diberikan melalui pendidikan bersifat jangka panjang. Solusi jangka pendek adalah mencari pengalaman hidup dari daerah yang masyarakatnya sudah mengalami transformasi. Misalnya dengan berani merantau keluar daerah, tetapi dengan catatan jangan justru membawa kebiasaan dari daerah asal ke tempat meranrau, sebagaimana misalnya memicu keributan yang berbasis identitas etnik.

6.1.3. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Silahkan mengunduh pustaka gratis berikut ini dan kemudian membaca bagian yang dicantumkan untuk dibaca untuk memperkaya pemahaman materi kuliah dan mengerjakan laporan kuliah:
Setiap mahasiswa minimal membaca bagian dari salah satu buku di atas untuk dilaporkan melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerhakan Tugas.

6.2. TUGAS PROJEK

Seluruh mahasiswa wajib mengerjakan tugas projek secara kelompok. Silahkan membuka file daftar kelompok mahasiswa dan kemudian menyimpan file dengan mengklik menu File>Download>Microsoft Excel lalu simpan di komputer masing-masing. Selanjutnya silahkan mencari anggota masyarakat dengan corak penghidupan sebagaimana yang diberikan dalam daftar kelompok dan kemudian mengerjakan tugas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Mencari masyarakat dengan corak penghidupan sebagaimana yang diberikan dalam kelompok yang lokasinya tidak jauh mencari 3 rumah tangga untuk dimintai ijin melakukan diskusi.
  2. Menanyakan nama desa, kecamatan, dan kabupaten/kita ketiga rumah tangga yang bersedia untuk diajak berdiskusi.
  3. Menentukan koordinat rumah masing-masing dengan menggunakan aplikasi GPS data dari Exa Tools yang dapat dipasang di ponsel dari Google Play Store dan melakukan pengaturan agar mencatat koordinat dalam format derajat desimal (decimal degrees).
  4. Mengambil foto tempat usaha rumah tangga masing-masing dan kemudian menggunggah satu file foto yang paling mewakili corak penghidupan masyarakat sebagaimana yang diberikan dalam daftar kelompok.
  5. Memetakan lokasi ketiga rumah tangga yang bersedia diajak berdiskusi dengan menggunakan layanan My Maps setelah membaca panduan.
Laporan disampaikan secara daring melalui Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas paling lambat pada Kamis, 21 Maret 2024 pukul 24.00 WITA.

6.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH

Setiap mahasiswa wajib menandatangani daftar hadir dan menyampaikan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas sebagai berikut:
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Sabtu, 16 Maret 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Kamis, 21 Maret 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan tidak ditetapkan sebagai hadir melaksanakan kuliah pada situs SIADIKNONA.

***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada 23 September 2018, diperbarui pada 26 Januari 2023

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

14 komentar:

  1. Lahan kering di NTT sudah menjadi ciri khas dan tentunya lahan kering memiliki salah satu budaya , yaitu lahan tebas bakar , pertanyaannya : Kira" pendapat teman" apa solusi terbaik yang dpat di berikan untuk masalah lahan tebas bakar, dan kira" apakah lahan tebas bakar ini harus di hentikan atau mas mau di teruskan untuk generasi berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lahan tebas bakar adalah masalah yang kompleks karena mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kesehatan serta berdampak pada kehidupan masyarakat. Solusi terbaik adalah dengan mengedukasi masyarakat tentang praktik pertanian berkelanjutan dan memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti metode pertanian berbasis konservasi tanah dan air. Lahan tebas bakar sebaiknya dihentikan untuk melindungi lingkungan dan sumber daya alam bagi generasi berikutnya.

      Hapus
  2. Mengapa aspek permasalahan sosial-politik bisa berdampak pada lahan kering kepulauan? padahal dalam pemikiran saya politik hanya mengurus hal hal yang berkaitan dengan pemerintahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Memang politik mengurus hal - hal yang berkaitan dengan pemerintahan, namun, permasalahan politik juga sering kali melibatkan kebijakan - kebijakan pemerintah yang juga dapat mempengaruhi pengelolaan lahan kering itu sendiri, misalnya seperti kebijakan agraria, dan perizinan dalam pertanian, dan konflik politik juga mengganggu upaya pengelolaan lahan kering kepulauan itu sendiri secara efektif.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Apa saja permasalahan sosial-ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat di lahan kering kepulauan dan bagaimana strategi penyelesaiannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan?

    BalasHapus
  5. Bagaimana keterlibatan masyarakat lokal dapat memengaruhi keberhasilan solusi untuk permasalahan lahan kering di kepulauan Indonesia dari segi sosial-politik?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keterlibatan masyarakat lokal dapat memperkuat legitimasi kebijakan, meningkatkan penerimaan dan adopsi solusi yang diusulkan oleh pemerintah, serta memastikan bahwa kebijakan yang diimplementasikan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi lokal secara lebih baik.

      Hapus
  6. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat lahan kering kepulauan adalah keterbatasan sumber daya air terutama pada musim kemarau yang menyulitkan masyarakat lahan kering kepulauan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan untuk irigasi pertanian. Strategi atau upaya yang dilakukan untuk mengatasi permalsahan tersebut adalah dengan membangun sistem penyimpanan air seperti embung dan sumur bor agar para petani tidak kesulitan dalam membutuhkan air bersih dan sebagai sumber untuk irigasi pertanian,agar kesejahteraan masyarakat lahan kering kepulauan terlebih para petani secara berkelanjutan dapat tercipta.

    BalasHapus
  7. Upaya membangun sistem penyimpanan air seperti embung dan sumur bor adalah langkah yang tepat untuk mengatasi keterbatasan sumber daya air pada musim kemarau di masyarakat lahan kering kepulauan. Selain itu, pendekatan konservasi air dan pengelolaan secara berkelanjutan juga penting, termasuk penggunaan teknologi irigasi yang efisien dan praktik pertanian yang ramah lingkungan. Dengan strategi yang terintegrasi dan partisipasi aktif dari masyarakat, diharapkan kesejahteraan petani dan keberlanjutan lingkungan dapat tercapai.

    BalasHapus
  8. Apa saja permasalahan utama yang dihadapi lahan kering dikepulauan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa permasalahan utama yang dihadapi lahan kering di kepulauan antara lain:

      1. Ketersediaan air yang terbatas: Kekurangan air menjadi hambatan utama dalam pertanian dan kehidupan sehari-hari di lahan kering di kepulauan.
      2. Masalah sosial-ekonomi: Ketimpangan ekonomi, keterbatasan lapangan kerja, dan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan juga menjadi permasalahan utama yang dihadapi masyarakat di lahan kering kepulauan.

      Hapus
  9. Apa potensi ekonomi yang dapat dikembangkan dari lahan kering di kepulauan?

    BalasHapus